Wajah Pertelevisian Indonesia Alami Pergeseran Sistem dan Makna

Gambar: Ilustrasi (Miftahudin Achmad)

Oleh : Yuliani Ariani (Mahasiswa Universitas Sulawesi barat, Jurusan Keperawatan 2017)

Berbicara mengenai pertelevisian di Indonesia, tidak akan ada habisnya. Pertelevisian di Indonesia dimulai tahun 1962, dimana pada saat itu hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) satu-satunya yang mengudara. Setelah beberapa tahun, barulah muncullah stasiun tv lainnya, yang menambah wajah pertelevisian di Indonesia.

Saya masih sangat ingat jelas, banyaknya program tv untuk anak yang sangat mendidik untuk menambah serta membuka wawasan orang yang menyaksikannya. Jika dibandingkan sekarang, rasanya sangat jauh berbeda. Dulu program musik yang masih banyak, tanpa menerapkan sistem setingan dan lawakan yang tidak mendidik. Saya rasa seiring perkembangan zaman, Pertelevisian pun mengalami pergeseran sistem dan makna. Dimana yang dulu TVRI ada untuk menyampaikan pesan informasi yang bersifat mendidik, namun kini makna tersebut mulai bergeser dari mendidik ke yang penting menghasilkan program yang ratingnya tinggi.

Dan bodohnya kita sebagai masyarakat penikmat acara tersebut, mengikuti program TV yang melenceng dari cita-cita bangsa kita yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Saya rasa bahwasanya pihak stasiun TV menyadari akan hal itu. Namun, mereka memilih bermasa bodoh dan diam melihat fenomena yang sedang terjadi sekarang. Sebab, mereka dituntut untuk mendapatkan rating yang tinggi serta dapat bersaing dengan program TV yang lainnya. Meskipun mereka menyadari bahwasanya mereka memiliki peranan penting untuk menyajikan program yang dapat mendidik bangsa kita.

Pergeseran program mulai dari acara musik , yang dimana sangat tidak menunjukkan acara musik sebagaimana mestinya. Acara musik seharusnya lebih memberikan porsi yang lebih banyak kepada para musisi dan seniman yang bekerja di dalamnya, entah untuk memperkenalkan lagu, album serta comeback para musisi dengan sebaik mungkin. Bukan malah sebaliknya, para musisi dan seniman hanya memiliki porsi yang sangat sedikit. Selebihnya “maaf”, hanya terdapat lawakan dari host yang tidak mendidik. Dan saya pun dapat menarik kesimpulan bahwasanya mengapa musisi dan seniman di negara kita kurang memiliki popularitas serta terkesan tidak mendapatkan penghargaan dari masyarakat kita sendiri. Ya itu tadi, sebab para musisi dan seniman ini tidak memiliki porsi dan wadah yang cukup untuk menarik keingintahuan masyarakat tentang mereka.

Jujur saya sangat miris melihat program TV sekarang, acara musik yang dimana dapat mengangkat nama seorang musisi, malahan hanya terkesan sebagai acara lawakan yang disisipkan musik saja. Saya belum pernah melihat acara musik yang memang betul acara musik. Yang membahas tentang musisi di tanah air mengenai album mereka, musik, lagu bahkan profil musisi tersebut. Bagaimana bisa musisi di tanah air mendapatkan penghargaan dari masyarakatnya sendiri, bila wadah mereka tidak ada. Sama halnya dengan program talk show, kok bisa sih mereka menganggap acara tersebut merupakan acara talk show, yang menurut pandangan saya malah terlihat acara lawakan yang receh, diselipkan games-games yang bukan mengulas bintang tamu, mereka malah hanya membuat lawakan yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan bintang tamu. Serta porsi berbicara host lebih banyak dari bintang tamu yang mereka hadirkan.

Keresahan saya yang lainnya, mengenai sinetron di Indonesia. Dimana sangat tidak mendidik, contohnya ketika suatu sinetron disalah satu stasiun TV mendapatkan rating yang tinggi, stasiun yang lainnya pasti akan mengikuti sinetron tersebut dengan alur dan tema yang sama. Bukankah ini pembodohan yang sama saja merusak kreativitas suatu program dan yang paling lucu adalah episode sinetron mereka akan semakin panjang bahkan sampai ratusan, ketika sinetron mereka memiliki rating tinggi, sinetron tersebut akan dipertahankan meskipun pesan moral di dalamnya tidak ada. Dan bodohnya kita sebagai masyarakat cenderung lebih banyak menyukai hal tersebut ketimbang menonton acara yang lebih mendidik.

Zaman sekarang semua orang dengan mudahnya masuk TV, dengan berbagai skandal serta setingan yang mereka buat. Dalam hitungan jam mereka akan langsung terkenal dan akan diundang ke berbagai talk show, pihak stasiun TV tidak peduli orang tersebut terlibat kasus apa, atau apakah kasus mereka setingan. Yang mereka tahu hanya ingin memburu yang sedang hangat untuk diperbincangkan. Meskipun pesan moral dari itu sama sekali tidak ada, yang penting mereka mendapatkan rating yang tinggi. Sungguh miris.

Saya terkadang merasa rugi, sudah membayar TV kabel, eh tau-taunya kita sebagai penikmat pun tidak dapat menikmati suguhan acara yang memang layak untuk ditonton. Ada siaran pertandingan sepakbola, bulu tangkis. Eh malah diacak, kesal gak tuh. Untung masih ada program berita, talk show yang masih layak ditonton, meskipun hanya dapat dihitung dengan jari. Setidaknya masih ada, dari pada tidak sama sekali.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok