Penulis: Shelynda Trifebriani Nursalam (Divisi Litbang Unsulbar News)
Unsulbar News, Majene — Berapa bulan terakhir, aku disibukkan dengan tugas khusus mahasiswa semester akhir. Hmmm, iya… Semester akhir. Kenangan yang sulit diabaikan ketika banyak orang bertanya ‘Kapan ki wisuda?’.
Bahkan disaat periode wisuda tiba, rasanya begitu sulit memaksimalkan fungsi telinga hanya untuk mendengar kalimat ‘Kapan ki nyusul?’. Hingga muak ku mendengarnya. Ingin rasanya ku block semua hal yang terucap dari garis tipis di wajah mereka bahkan jemari yang senantiasa mencari pekerjaan. Walau sulit, tapi tetap aku harus menguatkan diri agar dapat berhadapan dengan situasi seperti ini.
Hingga tanpa kusadari, ucapan mereka ternyata adalah pemicu untukku terus berdiri. Pemicu untuk mengkobarkan semangat diri, pemicu untuk terus menghalau segala macam ucapan seenaknya saja keluar dari rongga diri. Hal itu baru kusadari pada saat ini. Puncak diriku saat ini dengan jubah hitam dan topi kebanggaan yang begitu dipuja-puja oleh sebagian besar orang. Mereka menyebut puncak memori itu dengan sebutan ‘WISUDA’.
Pertama kali ku memutuskan untuk masuk ke ranah mahasiswa, yang aku inginkan adalah hasil akhir dari masa study di perguruan tinggi. Aku rasa bukan hanya aku. Mayoritas orang bahkan orang tua yang belum pernah merasakan kesempatan duduk di bangku perkuliahan, mereka menginginkan anaknya menjadi seorang sarjana.
Sarjana, sarjana, dan sarjana. Momen dimana perjalanan waktu 4 tahun lamanya hanya dihargai melalui hasil akhir semata. Mereka yang lulus dengan ‘Cum Laude’ akan disanjung dan dipuja. Mereka yang berhasil mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Terbaik adalah yang paling membanggakan. Namun sayang, mereka yang lulus tanpa ada embel-embel prestasi akan dipandang sebelah mata. Walau tidak semua, tapi begitulah mayoritas yang ada.
Lalu sebenarnya, apa arti dari sebuah wisuda?
Apakah perjuanganku selama ini sama sekali tak terlihat? Masa-masa berat yang hanya tampak disebagian orang terdekat tak akan bisa berarti apa-apa?
Ini membuatku penasaran. Apakah hanya aku yang menganggap bahwa selama 4 tahun perjalanan ini akan selesai ketika ijazah sudah ada di tangan?
Hingga pengumuman waktu wisuda telah dimuat oleh media online kampus Unsulbar News, aku berinisiatif untuk mengatur beberapa pertanyaan yang akan ku lontarkan kepada teman satu ruangan di hari yang telah ditetapkan. Tentunya kepada mereka yang akan memiliki kedudukan setara, yaitu sebagai alumni Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar).
Aku ingin memastikan. Apa sebenarnya arti dan makna wisuda yang sebenarnya bagi mereka. Lalu apakah mereka telah memiliki pandangan terkait apa yang harus mereka lalukan kedepannya. Apakah mereka akan menganggap usai wisuda, usai pula permasalahan. Atau bahkan mereka telah menyiapkan rencana jauh waktu sebelum masa kelulusan. Biarkan aku mencari semua jawaban itu pada saat bertemu dengan mereka para wisudawan.
Waktunya telah tiba. Aku hadir ditengah keramaian para orang tua dan wisudawan serta para panitia yang sibuk kesana kemari guna menyukseskan prosesi wisuda yang dinantikan. Dengan khidmat aku mengikutinya sembari mencari waktu yang tepat untuk aku melontarkan pertanyaan kepada teman-teman wisudawan. Sambutan rektor baru, orasi ilmiah dari rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), penyebutan nama-nama wisudawan terbaik tiap fakultas, hingga momen yang paling ‘deep’ adalah penyerahan buket dari wisudawan terbaik kepada masing-masing orang tua/wali yang hadir.
Seketika suasana berubah hangat. Aku melihat disekitar. Bahkan tiap sudut ruangan yang menyaksikan. Tangis haru kebanggaan orang tua, perjuangan para wisudawan terasa dihargai, bahkan para panitia dan crew dari berbagai media merasakannya. Mulai terasa bahwa ‘wisuda’ bisa seberharga ini nilainya. Semuanya menikmati dan hanyut dalam momen yang tercipta. Hal ini tak lepas dari alunan musik yang meningkatkan kinerja otak untuk mengolah emosi yang ada di dalam jiwa dan raga. Menandakan panitia sukses merancangnya.
Dari yang telah terekam di pandangan, sepertinya aku mulai menemukan satu jawaban dari makna wisuda dilaksanakan.
Wisuda dilaksanakan digunakan sebagai bentuk ‘Reward’ atau hadiah. Reward atau hadiah tampaknya sangat cocok sebagai buah dari perjalanan panjang menempuh pendidikan. Walau prosesinya hanya sesaat, bagi banyak orang itu adalah momen yang tepat untuk mengabadikan kenangan bersama orang tersayang. Walaupun masih ada yang belum tau rencana kedepannya, biarkan sejenak dia rehat dan menikmati hadiah perjuangan.
Seperti halnya di sosial media (Sosmed) yang bertebaran jasa photografer dengan menyediakan paket khusus graduation. Tentu tidak akan dilewatkan begitu saja oleh mereka yang tidak bisa ketinggalan mengabadikan momen disetiap perjalanan hidupnya. Mereka memanfaatkannya. Diskon yang bertebaran merupakan sebagai kesempatan.
Itulah salah satu bentuk menikmati ‘reward’ yang didapatkan. Telah disiapkan banyak trend foto dan video sebagai kebutuhan story dan feed untuk media sosialnya. Namun terkadang manusia memang hanya berencana, hasilnya tetap kuasa-Nya. Karena usai prosesi wisudalah yang menjadi jawaban apakah list trend yang akan mereka lakukan, benar-benar sesuai ekspetasi yang tertanam di kepala atau hanya menerima ala kadarnya.
Dan… Tibalah saatnya. Pemanggilan nama setiap fakultas guna penyerahan ijazah serta pemindahan posisi tali di sebelah kanan mulai dilakukan. Wisudawan mulai berdiri dan berjejer untuk menentukan posisi. Delapan fakultas bukan sedikit. Sepertinya aku akan menggunakan kesempatan ini untuk bertanya kepada beberapa orang sembari menantikan giliran naik bersalaman dengan rektor dan beberapa jajaran.
Dari beberapa orang yang aku tanya, dapat aku simpulkan bahwa wisuda adalah perayaan, penghormatan, penghargaan, awal dari tahap kehidupan setelahnya. Bahkan ternyata beberapa dari mereka akan memaknai wisuda sebagai bentuk ‘kelanjutan’.
Sebaian mereka telah mengenal wirausaha. Usaha yang mereka bangun ketika duduk sebagai mahasiswa Unsulbar masih bertahan hingga waktu kelulusan. Dan tentu mereka masih berkomitmen untuk melanjutkan.
Hmmm…. Cukup beragam ternyata. Ada yang masih berupa pandangan dan belum memulainya, ada pula yang sudah memulai di pertengahan sembari sibuk dengan dunia perkuliahan. Ada yang masih berlehai-lehai. Ada pula yang mencuri start di awal dan mulai untuk mengembangkan.
Namun yang perlu diingat adalah, tidak ada kata terlambat. Waktu kesuksesan telah ditetapkan. Kapan kita memulai, kuatnya jatuh bangun dengan keadaan, bagaimana kita menyikapi tindakan yang termuat di lingkungan, itu semua saling berkesinambungan dan mempengaruhi proses kebahagiaan serta kesuksesan yang diidam-idamkan.
Makna ‘Wisuda’ ini akan ditutup dengan pendapat tokoh perempuan terkemuka di Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Nadjwa Shihab.
Pandangannya mengenai definisi wisuda, yaitu tahap dimana kamu merasa senang karena telah melalui perjuangan sebagai mahasiswa, sekaligus tegang karena mulai menjalani hidup baru.
Selamat dan sukses para alumni Unsulbar. Selamat melanjutkan masa depan.