Penulis: Magfirah
Unsulbar News, Majene – Gandang Dewata adalah nama gunung yang terletak di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Gunung ini menjadi salah satu puncak yang ada di gugusan pegunungan tertinggi Quarles.
Dikenal sebagai puncak tertinggi di Sulbar, Gandang Dewata memiliki ketinggian 3.037 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL). Gunung ini juga menjadi gunung tertinggi kedua di Sulawesi setelah gunung Latimojong di Sulawesi Selatan yang memiliki ketinggian 3.478 MDPL.
Berikut beberapa hal yang menarik dan unik yang dimiliki Gandang Dewata, gunung tertinggi di Sulbar.
- Jalur Pendakian Gunung Gandang Dewata
Dilansir dari laman Makassar.tribunnews.com, gunung Gandang Dewata menjadi salah satu gunung dengan jalur pendakian yang ekstrem. Terdapat dua jalur pendakian yaitu jalur Paku, Kecamatan Tabulahan dan jalur Rante Pongko, Kecamatan Mamasa. Masing-masing jalur pendakian ini memiliki 10 pos pendakian.
Apabila melalui jalur Paku, maka rute ekstrem akan ditemui antara pos 6 dan 7 dengan track menurun lembah yang curam dan naik punggungan yang cukup tinggi. Selain itu, pada ketinggian sekitar 2.000 MDPL pendaki bisa menemukan hutan lumut dengan suasana bak hutan purba yang sangat menawan.
- Zona Hutan di Gunung Gandang Dewata
Zona hutan Gandang Dewata dibagi menjadi dua tipe, yaitu hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Pada zona hutan pegunungan bawah (ketinggian 1.500-2.400 MDPL), pohon yang tumbuh relatif tinggi, tidak begitu rapat, dan mengandung epifit yang melimpah (seperti anggrek). Beberapa jenis pohon seperti Lithocarpus dan Castanopsis terdapat dalam jumlah yang banyak. Beberapa jenis Coniferae seperti Podocarpus, Dacrycarpus, Dacrydium, Phyllocladus dan Agathis banyak tumbuh di zona ini. Agathis yang ditemukan di sulawesi adalah Agathis Dammara.
Adapun pada zona hutan pegunungan atas, pohon-pohonnya memiliki tajuk pohon yang lebih seragam. Pohon-pohon relative lebih pendek, berbatang bengkok, berbenjol-benjol, daunnya kecil-kecil dan tebal, batang penuh dengan lumut. Tumbuhan yang umum dizona ini merupakan anggota suku Ericaciae seperti Rhododenron dan Gaultheria.
- Mitos Cerita Gunung Gandang Dewata
Mengutip dari laman KSDA Sulawesi Selatan, gunung Gandnag Dewata pada mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu besar berbentuk perahu yang konon ceritanya adalah milik puteri raja yang kandas di puncak gunung Gandnag Dewata.
Sama seperti gunung tertinggi lainnya, Gandang Dewata memiliki mitos yang melekat dibenak semua pengunjung. Disebutkan apabila ada seseorang yang masuk hutan dengan tujuan mengambil hasil hutan ataupun mendaki dan terdengar suara gendang dari puncak gunung berarti orang tersebut sudah meninggal.
- Jadi Kawasan Taman Nasional
Taman Nasional Gandang Dewata merupakan taman nasional ke-53 di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri LHK No.SK.773/MenLHK/Setjen/PLA.2/10/2016 tanggal 3 Oktober 2016, dengan luas wilayah 189.208,17 ha. Berada di 3 (tiga) Kabupaten yaitu Mamuju, Mamuju Tengah, dan Mamasa dengan ketinggian 3.074 MDPL. Memiliki keanekaragaman flora dan fauna endemic.
Taman Nasional Gandang Dewata merupakan salah satu wilayah yang dilalui Garis Wallace, garis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australia. Begitu banyak keanekaragaman hayati yang bisa ditemukan di kawasan ini. Penelitian LIPI pada tahun 2013 menunjukkan bahwa gunung Gandang Dewata adalah habitat bagi sejumlah spesies burung endemic, bahkan ditemukan beberapa spesies baru yang perlu dilestarikan. Dalam upaya untuk melindungi area dengan tingkat keanekaragaman, keaslian, dan keunikan yang tinggi.
- Sumber Air
Gunung Gandang Dewata merupakan sumber air yang tidak pernah kering, daerah dengan tangkapan air terluas di Sulawesi barat.
- Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Di alur pegunungan Gandang Dewata terdapat masyarakat Dusun Rante Pongkok, Kabupaten Mamasa yang mempertahankan hidupnya dari kegitan bertani. Secara sosiologis, Gandang Dewata telah memiliki hubungan emosional dengan masyarakat kampung terakhir Desa Rante Pongkok sejak dulu.
Dengan kearifan Lokal khas yang mereka miliki, masyarakat Desa Rante Pongkok berusaha untuk melindungi ciptaan tuhan yang sangat kompleks di hutan tersebut. Dengan menghubungkan keberadaan turunnya Dewa yang membunyikan gendang untuk memberikan informasi kepada masyarakat melalui hutan, serta hutan sebagai lahan untuk menunjang hidup maka hutan terlegitimasi secara etik dan moral untuk dijaga dan dicintai.
Nah, itulah beberapa informasi terkait keunikan yang dimiliki gunung Gandnag Dewata. Mari sama-sama lestarikan alam dan hutan kita. Salam lestari!