Oleh: Muh Ikmal
Keterangan Novel:
- Judul buku: Lontara Rindu
- Penulis: S. Gengge Mappangewa
- Ukuran: 13,5 cm x 20,5 cm
- Tebal: 342 halaman
- ISBN: 987-602-7959-01-9
Unsulbar News, Majene – Lontara Rindu merupakan novel yang ditulis oleh S. Gengge Mappangewa cukup berhasil membuat pembacanya terbawa dalam setiap kalimatnya yang tersusun rapi.
Dikutip dari Tribun-Timur.com, novel ini berhasil menjadi karya terbaik pada lomba Novel Republikan pada tahun 2012, dan dalam kurun waktu tiga minggu sudah ada 58 eksemplar yang laku.
Saya membaca buku ini pada waktu dini hari. Suasana dan hawa yang khas waktu malam, menambah makna yang tersirat dari setiap lembarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penulis sangat lihai dalam menyusun dan menggunakan diksi yang tepat pada setiap penggalan kalimat.
Novel ini bercerita tentang kerinduan yang tidak tertahankan oleh seorang anak bernama Vito, pada ayahnya yang meninggalkannya bersama ibu sejak usianya masih kanak-kanak dan membawa saudara kembarnya Vino.
Adat Istiadat Dan Budaya Yang Kental
Sang penulis memasukkan tanah Bugis, tepatnya di Sindreang Rappang sebagai alur tempat dalam novel ini. Kesederhanaan keluarga Vito pada saat musim kemarau yang berkepanjangan di sebuah desa yang diberi nama Pakka Salo mewarnai kisahnya.
Adat istiadat dan budaya khas Bugis, sangat kental di dalam novel ini. Seperti cerita turun temurun dari nenek Malommo, bayi kembar reptil dan siri’ keluarga yang lebih utama.
Momen Emosional
Novel ini menggunakan alur maju dan mundur, pada awal diceritakan perjalanan tokoh utama, dan ada juga kisah cinta orang tua Vito yang terdapat pada bagian ke tiga.
Rasa rindu Vito pada ayahnya yang semakin membuncah seiring usianya bertamba, momen hangat dari sang guru yang mengajarkan ilmu keagamaan dengan tulus dan ikhlas, serta motivasi dari seorang guru yang memiliki cita-cita setinggi langit yang akhirnya tercapai. Hal tersebut menghadirkan rasa haru, tawa dan tangis bercampur menjadi satu dalam buku ini.
Sedikit koreksi pada karya ini, bagian akhirnya sangat membingungkan dan saya sebagai pembaca merasa kurang puas dengan akhir cerita. Yang saya maksudkan ialah pada awal hingga memasuki bagian pertengahan pada novel, momen emosionalnya sangat di dapatkan pembaca, namun ketika mulai memasuki akhir cerita, hal yang diharapkan justru berbanding terbalik dengan apa yang didapatkan.
Nah untuk pembaca Unsulbarnews, silahkan kalian membaca dan manikmati alur cerita novel ini, bagi yang sudah membacanya ceritakan pengalaman momen uniknya di kolom komentar yahhh.