Resensi Buku: Menemukan Kebahagiaan Tertinggi ala Filosofi Teras

Gambar : Buku Filosofi Teras

Penulis: Wulandari (Hubungan Internasional, 2020)

Keterangan Buku:

Judul Buku: Filosofi Teras (Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini)
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Cetakan: Ketiga belas, Januari 2020
Tebal: 320 Halaman
ISBN: 978-602-412-518-9

Unsulbar News, Majene – Filosofi Teras menurut saya tergolong self-help book , buku ini tidak jauh tentang panduan persepsi ditengah ujian hidup yang tidak berkesudahan.

Dengan memperkenalkan filsafat stoisisme (ideologi bahwa tujuan hidup kita adalah hidup selaras dengan alam) kepada khalayak muda masa kini sebagai kunci dalam memaknai setiap problematika kehidupan.

Endingnya untuk mencapai perpetuate happiness sih, ya. Siapa sih yang tidak mau bahagia, toh tujuan setiap orang hidup juga salah satunya ingin bahagia. Nah buku ini dari awal sampai di lembar terakhirnya akan memberikan enlightment untuk mencapai itu.

Ada quote dari Hans Seyle, “Bukan stress yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya.” Karena sebenarnya masalahnya bukan di stress itu sendiri, tetapi persepsi kita. (Hal 9)

Penulisan buku ini sendiri dilatarbelakangi saat Penulis merasa mulai terganggu dengan pribadinya sendiri yang gampang negativethinking, mudah marah, emosi, stress, cemas, tidak memiliki hasrat untuk hidup, tertekan serta berbagai gangguan lainnya.

Mulai mendatangi psikiater hingga divonis mengidap Major Depressive Disorder atau Depresi. Dari situlah penulis mulai menjalani pengobatan medis, terapi dan lain sebagainya. Ditengah solusi pengobatan itu , beliau menemukan buku filsafat stoisisme –yang oleh penulis dinamai sebagai filosofi teras- dan dari situlah beliau mendapatkan banyak insights tentang cara meraih kehidupan yang bahagia.

Ketika kali pertama tahu buku ini, saya langsung relate dengan review pembaca, dimana buku ini sangat membantu membangun pola pikir yang tangguh. Apalagi bagi para remaja, kalau istilah kasarnya “baru tertampar realita kehidupan” haha.

Masih dalam fase menemukan jati diri, mengembangkan kemampuan, memikirkan masa depan, pendidikan, pekerjaan, percintaan, dan banyak aspek yang kadang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

Saya sebagai mahasiswa pun kewalahan ditengah banyaknya pressure, entah dari orang tua, teman, bahkan orang-orang yang tidak saya kenal. Setelah membaca buku ini, saya mulai menyadari dan open-minded kalau ternyata yang saya khawatirkan itu 100% diluar dari kendali saya.

Ya, namanya juga diluar kendali, yang penting sudah berusaha selebihnya tidak usah dipikirkan. Dari buku ini saya menyadari bahwa hasil itu 100% diluar dari kendali kita, terlepas kita sudah berusaha semaksimal mungkin atau tidak.

Bicara soal kelebihan buku ini, buku ini punya gaya bahasa yang ringan, terkesan humoris dan ilustrasi serta penambahan pernyataan narasumber terpercaya membuat buku ini menarik dan layak dibaca oleh kaum muda.

Namun dilain sisi, penataan kalimat yang agak padat, penggunaan model paragraf yang rata kiri (Align left) kurang menarik perhatian dan agak jarang dijumpai dalam penulisan buku, sehingga memberikan kesan acak, kurang rapi dan membosankan secara tampilan. Tetapi terlepas dari itu semua, buku ini sangat direkomendasikan buat sobat-sobat sekalian.

 “…’santai aja’. Ada timun pahit buang aja, ada jalanan rusak belok aja. Jangan dibikin stres, jangan dibikin susah…” (hal 147)

Selamat berdamai ala Filosofi Teras!

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok