Resensi Buku: Filosofi Teras

Buku Filosofi Teras/Foto:Dokumentasi Pribadi/Dhita Tiara Sukma

Oleh: Jurlian

Keterangan buku

  • Judul Buku : Filosofi Teras (Filsafat Yunani -Romawi Kuno untuk mental tangguh masa kini)
  • Penulis : Henry Manampiring
  • Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
  • Cetakan : Ke-25,2021
  • Tabel : 298 halaman
  • ISBN : 978-6-02412-518-9

Unsulbar News – Apakah kamu sering merasa khawatir akan banyak hal baperan? Susah move-on? Mudah tersinggung dan marah-marah di media sosial maupun dunia nyata?

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau  filsafat teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan.

Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawasi mengawang-awang, filosofi teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan generasi Milenial dan Gen Z masa kini.

Buku Filosofi Teras adalah buku yang berisikan ajaran filsafat stoa. Filsafat stoa sendiri nama dari sebuah aliran filsafat Yunani yang diciptakan oleh Zeno. Stoa adalah tempat favorit Zeno dalam mengajar filosofinya kepada muridnya (kaum stoa) sehingga nama filsafatnya disebut dengan stoisisme.

Alasan penulis memberi judul Filosofi Teras karena terdapat banyak orang yang sulit menyebutkan “stoisisme” sehingga menggunakan terjemahan dari kata stoa, yaitu teras.

Pelajaran yang diperoleh

Buku ini terdiri dari 12 bab yang menarik yaitu survei khawatir nasional, sebuah filosofi yang realistis, hidup selaras dengan alam, dikotomi kendali, mengendalikan interpretasi dan persepsi, memperkuat mental, hidup di antara orang yang menyebalkan, menghadapi kesusahan dan musibah, menjadi orang tua, Citizen of The World, tentang kematian, dan penutup.

Ajaran yang terdapat pada buku Filosofi Teras dapat diterapkan oleh siapa saja dan tidak bersifat memaksa sehingga pembaca bebas boleh menerapkannya atau tidak.

Filosofi Teras bertujuan agar pembacanya atau yang menerapkan mampu hidup dengan tenteram dengan cara bebas dari emosi negatif, seperti sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain. Selain itu juga memiliki tujuan agar para pembacanya dalam menjalani kehidupan untuk dapat mengasah kebajikan.

Ada empat kebajikan utama yang diajarkan, yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri. Buku Filosofi Teras juga mengajarkan kita sebagai manusia untuk wajib hidup selaras dengan alam. Maksudnya adalah kita harus hidup dengan menggunakan nalar. Hal ini disebabkan karena yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia memiliki nalar, akal sehat, rasio, dan kemampuan penggunaannya untuk hidup berkebajikan.

Terdapat salah satu bab paling menarik dan bermanfaat bagi pembaca Filosofi Teras, yaitu ajaran dikotomi kendali.  Dikotomi kendali adalah sebuah ajaran yang menjelaskan bahwa dalam hidup ada hal yang dapat kita kendalikan dan ada yang tidak dapat kita kendalikan. Jika hidup hanya berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan maka kita akan bahagia.

Namun, apabila hanya memikirkan apa yang tidak dapat kita kendalikan maka itulah penyebab kita tidak bahagia. Jika kita menggunakan prinsip ini maka dapat membantu kita untuk tidak mudah khawatir terhadap suatu hal atau kejadian yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Buku ini sangat memperhatikan hubungan antar manusia. Dalam kehidupan sosial ada saja orang yang menyebalkan, bahkan terkadang dapat membuat kita tersinggung. Terlebih lagi, saat ini kita hidup melekat dengan media sosial yang dapat menjadi tempat orang untuk berkomentar negatif atas hidup orang lain.

Buku ini mengingatkan kita bahwa bisa saja orang-orang bersikap menyebalkan karena mereka tidak tahu, bukan karena disengaja. Jadi, saat kita merasa tersinggung oleh perkataan atau perbuatan orang lain, itu adalah salah kita sendiri. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kita dapat mengendalikan persepsi dan pikiran kita sendiri.

Namun, isi dan beberapa bahasan dari buku ini diulang-ulang sehingga dapat membuat pembaca menjadi bosan. Terlepas dari kekurangan yang dimilikinya, buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa yang ingin hidupnya lebih tenang, terutama para generasi Milenial yang sering merasa cemas. Dengan menerapkan ajaran filsafat stoa dalam keseharian kita, dapat membuat hidup lebih tenang.

Selamat menjalani hidup!

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok