Program Dosen Fapertahut Unsulbar Tangani Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Ember Tumpuk

Jurnalis: Marselino Geradus

Unsulbar News, Majene – Dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan (Fapertahut) Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), tergabung dalam Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) sosialisasikan pengolahan limbah rumah tangga, dengan sistem ember tumpuk, Jumat (14/7/2023).

Sosialisasi di Lingkungan Lipu, Kelurahan Labuang Utara, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pengelolaan limbah rumah tangga, dalam hal ini sampah organik menjadi pupuk yang ramah lingkungan.

Rusmidin, S Si M Si, salah satu dosen yang terlibat menjelaskan, penerapan pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan menggunakan sistem ember tumpuk bisa dilakukan tiap rumah, dengan peralatan yang sederhana dan sangat mudah diaplikasikan.

“Penggunaan ember tumpuk merupakan solusi praktis dalam mengatasi masalah lingkungan terkait sampah organik rumah tangga,” tuturnya.

Seperti namanya, Rusmidin menerangkan pengolahan sampa ini dengan menyatukan dua buah ember yang disusun bertingkat. Dimana ember bagian bawah dipasangkan kran pada posisi samping, sekitar 5 cm dari dasar ember.

Tutup ember dipotong, diambil bagian tepinya saja sebagai penyangga ember atas. Fungsi ember bagian bawah sebagai penampung lindi, yang kemudian akan diolah menjadi pupuk organik cair.

Sedangkan ember atas disiapkan dengan membuat lubang-lubang kecil (diameter 5 mm) sebanyak mungkin pada bagian bawah sebagai jalur keluarnya lindi, sehingga terpisah dari material padat.

Dibuat pula lubang sebanyak empat buah pada bagian samping atas ember di bawah tutup, dengan diameter 5 mm. Fungsi lubang kecil tersebut untuk mengatur sirkulasi udara dan tempat masuk telur atau larva muda yang baru saja menetas.

Proses pengolahan sampah tercapai dengan bantuan larva Hi (Hermetia illucens). Hermetia illucens dikenal juga sebagai BSF (Black Soldier Fly) atau lalat tentara hitam.

Larva Hi yang biasa disebut dengan maggot tersebut dapat membantu proses pengomposan aerob dan mempercepat proses penguraian sampah organik direactor ember tumpuk. Selain itu maggot juga merupakan salah satu sumber protein yang bisa di gunakan sebagai pakan ternak dan ikan.

Dosen Fapertahut lainnya, Suyono, S P Msi menuturkan pupuk organik yang dihasilkan dari ember tumpuk ini bisa bentuk padat (kompos) dan pupuk cair (lindi), yang keduanya bermanfaat sebagai penyubur tanah dan pertumbuhan tanaman.

“Untuk yang padat bisa langsung ditaburkan di sekitar perakaran tanaman, sedangkan untuk yang berbentuk cairan cukup mencampurnya dengan air saja pada perbandingan satu tutup botol lindi banding satu liter air,” papar Suyono lebih detail.

Pengaplikasian pupuk organik cair ini juga sangat membantu dalam pengurangan penggunaan pupuk sintetik pada tanaman, sehingga akan lebih sehat pada lingkungan dan produk lebih sehat untuk dikonsumsi.

Adapun Kepala Lingkungan Lipu, Aslan turut mendukung terlaksananya kegiatan ini. Ia menuturkan, program pemanfaatan sampah organik rumah tangga dengan metode ember tumpuk sejalan dengan program pengelolaan sampah yang telah berjalan selama ini pada masyarakatnya.

“Pemanfaatan sistem ember tumpuk ini sangat berguna mengurangi jumlah sampah organik yang masuk pada TPS. Sampah organik yang selama ini langsung diangkut ke TPS, sebagian bisa dikelola menggunakan metode ini,” ujar Aslan.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok