Penulis: Riska
Unsulbar News, Majene – Siapa sih yang belum mengenal media sosial? Era kita saat ini, adalah era dimana peran teknologi sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat. Banyak informasi-informasi penting yang bisa kita dapatkan dari teknologi. Salah satunya gadget.
Benda kecil yang hampir sudah bertuan di tiap-tiap saku manusia ini memberikan banyak manfaat. Namun, dampak positif ini sudah pasti bergandengan dengan dampak negatif yang dapat ditimbulkan.
Dalam media sosial, tak jarang kita jumpai banyak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menyediakan akses tontonan yang tidak bermoral dan melanggar asusila. Kadang munculnya postingan-postingan yang tidak layak ditonton anak di bawah umur.
Dilansir dari situs jabarekspres.com menyatakan lebih dari 60 persen anak di Indonesia diketahui pernah mengakses konten pornografi melalui media online.
Pada postingan Facebook pada Mei 2023 lalu, seorang ibu yang berbagi cerita sekaligus pembelajaran kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan tingkah laku anak. Sedikit cerita dari sang ibu, bahwa ia mengeluh akan anaknya yang kecanduan seks.
Awalnya ia tak sengaja melihat laman chat yang tidak senonoh antara anaknya dengan kontak asing. Bahkan setelah dicari tahu lebih lanjut ternyata tak sekali dua kali mereka telah melakukan panggilan video yang kurang pantas.
Perilaku ini sudah menjadi racun pada kesehatan mental seorang anak. Pengaruh buruknya akan dimulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan masa depan.
Faktor dari permasalahan ini juga tentunya hanya berawal dari ketidaksengajaan si anak melihat dari postingan-postingan negatif, mencari tahu, hingga terpengaruh untuk melakukan.
Banyak tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh para orang tua untuk mengontrol anak-anak yang masih di bawah umur. Misal, mengatur time penggunaan gadget pada anak, menerapkan ajaran-ajaran positif seperti pengajaran agama. Mengajaknya berkegiatan di luar seperti kerja bakti dan berolahraga. Tentunya ini akan sangat membantu dalam menetralisir kesehatan mental anak. Dan sebisa mungkin, pihak sekolah juga berperan penting dalam hal ini.
Jangan biarkan seorang anak lebih nyaman dengan lingkungan luar, dibandingkan menghabiskan waktu luang bersama dengan keluarga. Terutama kepada perempuan, mari lebih menjaga diri, batasi pergaulan, jauhi lingkungan pertemanan yang tidak mengarahkan kebaikan.
Kita juga sebagai mahasiswa, seharusnya bisa turut andil dalam mencegah permasalahan seperti ini. Paling tidak dengan bijak bermedia sosial untuk jaga generasi muda.
Penulis merupakan mahasiswa prodi Ilmu Hukum angkatan 2022