Jurnalis: Nurunnisaa Alimah A
Editor: Masdin
Unsulbar News, Majene – Tanggal 30 September telah menjadi satu cacatan sejarah kelam yang begitu melekat di benak masyarakat Indonesia. Peristiwa pemberontakan yang dilakukan PKI dengan menculik tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya kemudian dibunuh dalam percobaan kudeta tahun 1965.
Tragedi berdarah yang dikenal sebagai Gerakan 30 September atau sering disingkat G30SPKI telah genap 55 tahun dan selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia. Ada berbagai cara yang dilakukan masyarakat guna memperingati peristiwa ini. Mulai dari memutar ulang film G30S/PKI atau sekedar mengingat perjuangan para pahlawan.
Tidak mau kalah, warganet juga ikut memperingati momen bersejarah ini dengan melakukan flashback dan turut mendoakan para pahlawan yang gugur pada peristiwa tersebut di media sosial. Sehingga hashtag #G30SPKI sempat menjadi trending topik di Twitter Indonesia.
Beberapa cuitan menarik perhatian G30SPKI datang dari akun Twitter bernama @alakehzam. Netizen ini mengaku menolak lupa pada peristiwa sejarah yang memilukan tersebut.
“Menolak lupa tragedi berdarah #G30SPKI,”.
Adapun akun @adilumuhu dalam postingannya, ia berharap bahwa bangsa tidak melupakan sejarah dan ia juga menilai bahwa zaman sekarang sejarah kurang diminati di Indonesia.
“Sebuah utas. Hari ini bangsa Indonesia memperingati G30SPKI dimana lewat gerakan tersebut menewaskan 10 Pahlawan Revolusi. Mungkin zaman sekarang sudah banyak yang kurang tau akan hal ini karena kurang minat terhadap sejarah Indonesia,” ketiknya.
Terkai fenomena trending tersebut, Aco Nata Saputra S.IP M.Si merupakan dosen sekaligus Kordinator Divisi Hubungan Masyarakat, Laboratorium Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsulbar menilai tagar yang tengah ramai di media sosial sebagai respon publik akan peristiwa bersejarah yang terjadi lebih dari 50 tahun silam.
Aco Nata kerap ia disapa, menyampaikan bahwa generasi muda memang harus banyak belajar dari sejarah Indonesia.
“Kita harus belajar banyak dari sejarah, kita tidak boleh mengatakan ‘jangan melihat belakangan’ apalagi ini berkaitan dengan perkembangan bangsa. Justru dengan adanya peristiwa G30S, harus kita bercermin bahwa gerakan-gerakan yang berkaitan dengan PKI itu merugikan bangsa Indonesia,” ungkapnya (30/09).
Menurut dosen berdarah Mandar ini, cara agar generasi muda memahami sejarah bangsa Indonesia khususnya G30S/PKI dapat dilakukan dengan cara kreatif seperti menuangkan cerita peristiwa sejarah dalam lagu, komik, dan media lain yang diminati oleh generasi muda.
Baginya, sangat penting mengenalkan, memberi pemahaman sejarah dan menanamkan rasa nasionalisme yang tinggi agar generasi muda tahu bagaimana cara bersikap dengan isu-isu politik Indonesia saat ini atau bahkan dengan isu kebangkitan PKI yang telah lama terdengar.
“Yah tidak harus terjun atau terlibat secara langsung dalam praktik, tapi minimal generasi saat ini paham tentang kondisi perpolitikan, berbangsa dan bernegara. Kalau misalnya ada yang ingin terlibat langsung, lebih bagus lagi. Minimal kita tidak bersikap apolitis terhadap proses politik maupun dinamika-dinamika politik yang ada saat ini,” tutupnya.