Menyibak Rahasia Sukses Penelitian Bersama Nurlaela

Gambar: Ketua Prodi Agribisnis Unsulbar Nurlaela, SP.,M.Si saat melakukan sosialisasi SNMPTN beberapa waktu yang lalu (dok).

Penulis: Khairunnisa Lukman

Editor: Mardiwansyah

Unsulbar News, Majene: Apa sih meneliti itu?. Jika bertanya pada orang yang berbeda biasanya kita akan mendapati jawaban yang berbeda pula. Namun meskipun berbeda tetapi mempunyai maksud yang sama. Menurut Hill Way penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan masalah tersebut. 

Secara umum penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subjek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah.

Meneliti membosankan?. Dalam bayangan kita, seorang peneliti itu pasti selalu serius, jarang senyum, penampilannya pun jauh dari kata modis. Berkaca mata tebal, berambut putih atau botak, dan lebih suka menyendiri. Terkadang kita juga pasti mengira, jadi peneliti itu rumit, dan selalu berkutat dengan rumus-rumus. Gambaran seperti ini sering muncul, mungkin karena selama ini kita kerap melihat sosok seorang peneliti dari komik atau film. 

Nah salah satu sosok dosen Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) yang menarik dibicarakan ketika membahas penelitian adalah Nurlaela, SP. M. Si, ia merupakan ketua program studi pertanian Unsulbar dan tentunya seorang peneliti yang cukup senior, usianya terbilang cukup muda, yakni 33 tahun dan ia tetap berpenampilan trendi dan modis.

Pukul 16:28 Wita, melangkahkan kaki menuju Tasha Center tempat dimana Nurlaela sedang mengikuti rapat kerja universitas. Beberapa menit menunggu akhirnya sosok yang ditunggu telah tiba. Seketika langsung menghampirinya dan memulai berbincang-bincang.

Ibu Laela, begitu ia dipanggil, dengan senyumnya mulai bercerita, waktu awal jadi dosen saya punya berapa mentor rule model diantaranya pak Akhsan, beliau banyak mengajarkan saya metodologi penelitian, pak Arsyad  yang banyak memberikan saya masukan motivasi, pak Tenri yang lebih dulu melakukan penelitian, saya banyak belajar dari beliau, dan ketua LPPM (Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) Unsulbar Dr. Ir.  Abdul Kadir Paloloang, MP dari tahun ke tahun selalu melakukan pelatihan bagi dosen sehingga kita bisa tahu penelitian kita bisa lolos untuk didanai apa tidak. 

“Menurut saya meneliti itu adalah panggilan jiwa karena sebagai dosen kita dituntut Tridarma perguruan tinggi yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan dengan meneliti 3 hal ini bisa saya capai sekaligus, saya bisa memberikan output kepada masyarakat apa yang bisa mereka lakukan itu adalah bagian dari pengabdian masyarakat, kemudian hasil riset saya bisa dipaparkan di kelas dan dengan meneliti juga kita bisa mengekspor, menggali potensi wilayah kita dan memberikan manfaat positif kepada pemerintah daerah sebagai bahan masukan dari apa yang diteliti,” ungkapnya dengan semangat meski baru selesai rapat kerja.

Perbincangan semakin menarik ketika ibu Laela mulai menyampaikan beberapa prestasi yang 3 tahun belakangan ini tentang penelitian yang berhasil lolos di kementerian. 

Tahun 2016 ia lolos penelitian Pekerti (Penelitian Kerja sama Perguruan tinggi), KKN (Kuliah Kerja Nyata) PPM (Program Pemberdayaan Masyarakat), IBM (Iptek Bagi Masyarakat) dan PDP (Penelitian Dosen Pemula). Di tahun 2017 ia meloloskan penelitian KKN PPM, dan Pekerti. Sementara mengawali tahun 2018 alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu berhasil menjadi dosen peneliti yang mendapatkan pendanaan tertinggi dari Dikti  di Unsulbar skema PKPT. 

Menurutnya, agar penelitian bisa di biayai isunya harus bagus atau kekinian, ‎berkaitan dengan potensi wilayah atau kekuatan masing-masing wilayah, sesuai panduan penelitian, dan mulai dari penelitian dasar hingga ke peneliti senior. “Mahasiswa itu mau tidak mau selama jadi mahasiswa pasti akan meneliti, yaitu melakukan skripsi maka, jadilah peneliti muda, maksudnya dari awal, bukan ketika akan selesai kuliah baru mau meneliti tetapi, warnai proses akademik dengan meneliti salah satunya dengan pengajuan proposal PKM, PHBD (program dana hibah desa) yang banyak sekali ditawarkan oleh Dikti (Direktur Kementerian ). Selain mahasiswa belajar langsung kepada masyarakat mahasiswa juga mendapatkan ilmu bagaimana meneliti, sehingga saat menyusun skripsi nanti akan mudah dan ketika terjun jauh ke masyarakat juga akan jauh lebih mudah,” tutup Nurlaela.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok