Jurnalis : Masdin
Unsulbar News, Majene – Mendaki gunung telah jadi hobi sebagian orang, khusnya anak muda saat ini. Selain menyenangkan, juga ternyata aktivitas ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Manfaat tersebut diantaranya meningkatkan kinerja jantung dan paru-paru, menghilangkan stres, baik untuk kesehatan tulang, melatih daya ingat dan emosi.
Meski punya manfaat bagi kesehatan, mendaki gunung bukan berarti tidak memiliki risiko bagi tubuh. Bahkan ada beberapa jenis penyakit yang biasa mengintai para pendaki gunung. Salah satu penyakit tersebut adalah altitude sickness atau penyakit ketinggian.
Melansir Alodokter.com, altitude sickness terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan udara dan kadar oksigen di ketinggian. Akibatnya, muncul gangguan pada sistem saraf, otot, paru-paru, dan jantung.
Altitude sickness diketahui cukup sering menyerang para pendaki ketika berada pada ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian itu, tekanan udara makin menurun dan kadar oksigen makin berkurang. Sehingga tubuh yang tidak terbiasa perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Gejala umum yang dirasakan dari altitude sickness seperti sulit tidur, cepat kelelahan, mual dan muntah, sakit kepala, jantung berdebar hingga sulit bernapas. Lebih parah gejala yang ditimbulkan adalah kulit membiru, dada terasa ditekan, batuk berdarah, sulit untuk berjalan hingga menurunnya kesadaran.
Adapun faktor risiko seseorang bias terkenan penyakit ketinggian ini seperti usia, riwayat pernah mengalami altitude sickness sebelumnya, mendaki terlalu cepat (lebih dari 300 meter per hari), medan pendakian yang sulit serta memiliki penyakit gangguan di jantung, paru-paru, atau sistem saraf.
Jika terkena altitude sickness, langkah pertolongan pertama yang perlu ditempuh adalah segera turun atau membawa penderita ke tempat yang lebih rendah. Hal lain yang bisa dilakukan adalah melonggarkan pakaian guna memberi ruang untuk bisa bernapas dengan mudah. Sambil menunggu pertolongan datang, pastikan juga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih dan mengurangi aktivitas fisik.
Penanganan medis untuk mengatasi altitude sickness adalah memberikan obat-obatan, seperti: Acetolazamide (untuk meredakan gejala sesak napas), Dexamethasone (untuk mengurangi pembengkakan di otak), Nifedipine (untuk meredakan nyeri dada dan sesak napas) atau Penghambat fosfodiesterase (untuk meningkatkan aliran darah ke paru-paru). Selain obat-obatan tersebut, dokter juga akan memberikan alat bantu napas dan terapi oksigen untuk meredakan gejala altitude sickness.
Nah, buat yang hobi naik gunung dan ingin mencegah tubuh terkena altitude sickness adalah dengan aklimatisasi, yaitu membiarkan tubuh beradaptasi dengan kondisi ketinggian secara bertahap. Cara ini diimbangi dengan istirahat cukup, konsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi, tidak merokok dan minum alkohol saat mendaki serta latihan dan pemeriksaan kesehatan sebelum naik gunung, khsusnya bagi yang belum memiliki pengalaman.
Referensi :
Alodokter.com. Altitude Sickness. Diakses pada link https://www.alodokter.com/altitude-sickness
Alodokter.com. Suka Naik Gunung? Hati-hati dengan Penyakit Ketinggian. Diakses pada link https://www.alodokter.com/suka-naik-gunung-hati-hati-dengan-penyakit-ketinggian