Penulis: Gusrianti
Unsulbar News, Majene – Namaku Gusrianti, seorang mahasiswi dari Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) yang terpilih untuk mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Inilah kisahku, kisah permenungan tentang pengembaraan intelektual yang mengundang decak kagum dalam Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) batch 4 di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Sebuah narasi yang terukir di lembaran kenangan ketika diriku menempuh penerbangan perdana seorang diri meninggalkan kediaman di pelosok Sulawesi Barat menuju belantara metropolitan Pulau Jawa.Kota Bogor atau kerap disebut sebagai kota hujan menyambutku dengan kehangatan dan keramahan yang tiada tara.
Menikmati pengalaman tinggal di asrama, mengikuti kuliah, menjelajahi kota, serta mengikuti modul nusantara bersama “Eufortune”. Meski pada awalnya terasa asing dan penuh tantangan, justru semua itu menajamkan kapasitas diriku dalam memupuk kemandirian dan rasa tanggung jawab atas jalan kehidupan yang kutapaki.
Museum IPB menjadi saksi pertama petualanganku dalam modul nusantara bersama “Eufortune”. Di mana aku menapaki jejak sejarah Dramaga dan mempelajari khazanah ilmu pengetahuan tentang manfaat tumbuhan di sekitarnya bersama Bapak Arifin Surya Dwipa Irsyam, seorang pemerhati sejarah dari Yayasan Botanika Tropika Indonesia. Setiap sudut museum seolah bercerita tentang sejarah dan peran penting IPB bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Kulanjutkan langkahku menjelajahi Kebun Raya Bogor, sebuah taman surgawi di tengah hiruk piruk kota. Dengan mega hutan tropisnya yang menaungi ribuan spesies tumbuhan langka dari penjuru Nusantara yang seakan mengajak kita untuk tenggelam dalam keheningan alam yang asri.
Museum Tanah Pertanian dan daerah Suryakencana (China Town) menjadi destinasi berikutnya. Museum yang menyajikan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah untuk mendukung pembangunan pertanian dengan berbagai koleksi jenis-jenis tanah, batuan, pupuk, dan alat pertanian tradisional.
Selanjutnya daerah Suryakencana yang menyajikan deretan ruko-ruko tua bergaya kolonial bernuansa Tianghoa serta Klenteng yang seolah menjadi penghubung antara budaya Tianghoa berbaur dengan budaya lokal, menciptakan keunikan tersendiri di Kota Hujan. Tak hanya melihat sejarah, aku juga berkesempatan menyelami dunia seni batik di Kampung Batik Cibuluh serta Taman Safari Bogor dengan koleksi hewannya.
Setelah menelusuri jejak-jejak sejarah dan kekayaan alam di Bogor melalui modul nusantara, langkahku kembali menyeberangi dimensi waktu menuju Kota Tua Jakarta, Museum Wayang, Museum Fatahillah, Museum Bahari dan Taman Mini Indonesia Indah. Museum Wayang yang menghadirkan dunia seni rupanya, Museum Fatahillah dengan sejarah Jakarta, Museum Bahari dengan aneka kebaharian dan koleksi kapal-kapal legendaris serta Taman Mini Indonesia Indah dengan anjungan daerah juga menjadi hal berkesan bersama “Eufortune”.
Namun petualanganku tak hanya terbatas pada program Modul Nusantara. Aku juga kerap berkelana sendirian, menjelajahi sudut-sudut Bogor, bertemu dan berbincang dengan orang-orang lokal, mendengarkan cerita mereka tentang kehidupan di kota ini, bahkan sampai Bandung dan Sumedang hanya untuk menyaksikan keindahan alam dan budaya yang tersebar di seluruh penjuru Jawa Barat.
Perjalanan ini bukan hanya sekadar petualangan fisik, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang mengajariku tentang keragaman budaya, sejarah, dan kekayaan alam Indonesia. Setiap langkah yang aku ambil seolah melukis kata-kata di atas kanvas kehidupan, menceritakan kisah yang tak terlupakan tentang perjalanan pertukaran mahasiswa merdeka dari Sulawesi Barat menuju tanah Nusantara yang indah.
Pengalaman ini telah menganugerahiku pelajaran berharga tentang keberanian dalam menghadapi tantangan, menghargai keberagaman, serta menyuburkan semangat untuk senantiasa menggali dan menimba ilmu di manapun kakiku mengembara.
Penulis merupakan mahasiswa prodi Agribisnis Angkatan 2022 juga Alumni PMM batch 4 di Institut Pertanian Bogor (IPB).