Jejak Duka Oktober: Datang dan Pergi Dengan Tragedi

Laporan Redaksi : Shelynda Trifebriani Nursalam

Unsulbar News, Majene — Bulan Oktober telah pergi, namun dibalik kepergiannya itu ada jejak yang ia tinggalkan. Dimana tragedi yang menyisakan kesedihan mendalam bagi banyak orang dan patut dijadikan pelajaran untuk kehidupan kedepan.

Masih teringat jelas awal kedatangannya, saat itu Sabtu (1/10/22), Oktober datang dan disambut di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat itu tengah berlangsung pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Tidak ada yang menyangka, pasca pertandingan dimana Arema FC kalah 2-3 ini berujung insiden yang menyebabkan ratusan korban meninggal dunia.

Melansir detiknews, kronologi kejadian menurut Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, bahwa sebenarnya saat pertandingan berlangsung sama sekali tidak ada permasalahan. Permasalahan ini muncul ketika pertandingan telah usai. Ditandai dengan suporter yang turun ke lapangan sebab kecewa klub kesayangannya kalah di kandang sendiri.

Para aparat keamanan pun merasa suasana menjadi tidak kondusif. Hingga akhirnya mereka menembakkan gas air mata. Padahal dari FIFA sendiri telah melarang penggunaan gas air mata di area stadion. Dari hal tersebut, banyak suporter yang berlomba-lomba untuk keluar stadion.

Sayangnya pada saat itu kapasitas suporter begitu banyak dan jalur pintu keluar terbatas. Akhirnya banyak yang sesak napas karena kekurangan oksigen bahkan terinjak-injak karena panik.

Dicatat Solopos.com, per 13 Oktober 2022, bahwa total korban dari tragedi di tanah air ini sebanyak 754 orang. Dengan rincian 132 orang meninggal dunia, 596 orang mengalami luka ringan dan sedang, serta 26 orang mengalami luka berat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya korban jiwa yang berjatuhan bukan karena bentrok yang terjadi di awal, melainkan karena penumpukan massa yang panik mendapat serangan gas air mata dari aparat keamanan. Hal ini membawa kesedihan yang mendalam untuk dunia sepak bola diseluruh dunia.

Banyak dari klub-klub bola dunia yang memberikan pesan dukanya, bahkan aktor terkenal asal Korea Selatan, Lee Min-Ho yang memposting di akun instagramnya foto yang bertuliskan ‘Pray for Indonesia, Kanjuruhan’.

Jika diawal kedatangannya disambut di Indonesia, saat akan berpisah Oktober kembali dirudung kesedihan. Kali ini tragedi berasal dari negera aktor tampan Lee Min-Ho, Korea Selatan. Bertemu lagi pada hari Sabtu (29/10/22) atau malam Minggu, dimana banyak masyarakat yang merayakan Halloween di kawasan Itaewon, Seoul, Korea Selatan.

Berdasarkan penjelasan dari berita web Korea Yonhapnews Agency, Tragedi Itaewon terjadi ketika kerumunan besar pengunjung pesta Halloween memadati gang sempit selebar 3,2 meter di distrik hiburan Seoul, Itaewon. Dengan pengunjung yang diperkirakan mencapai 100.000 orang memadati gang yang sangat sempit tersebut mengakibatkan beberapa dari mereka mulai jatuh, menyebabkan orang lain pun jatuh seperti ‘domino’ dan saling menumpuk satu dengan lainnya.

Keadaan yang sangat padat, membuat orang-orang kesulitan mencari celah keluar dari kerumunan. Alhasil sama seperti tragedi Kanjuruhan, banyak yang pingsan, sesak napas, bahkan mengalami serangan jantung karena mereka benar-benar tidak dapat bergerak sesuai keinginannya.

Mengapa kepadatan ini dapat terjadi? Masih dari Yonhapnews, banyak orang mengunjungi daerah itu untuk perayaan Halloween karena baru saja di awal tahun ini pemerintah Korea Selatan mencabut mandat pemakaian masker di luar ruangan pasca covid-19. Oleh karena itu, setelah tiga tahun pandemi akhirnya banyak orang yang merasa pas untuk malam Minggu dengan hangout bersama kawan-kawan.

Adapun pemilihan tempat di kawasan Itaewon, dikarenakan tempat tersebut adalah kawasan yang dapat dikatakan kawasan Internasional di wilayah Seoul. Karena di gang-gang sempit tersebut terdapat beberapa restoran, jajanan, bahkan fashion dari Turki, Indonesia, Amerika dan negara lainnya. Hingga banyak orang yang tertarik mengunjungi tempat tersebut dibandingkan beberapa titik lainnya di Seoul.

Sebenarnya Itaewon sering kali ramai. Bahkan saat natal maupun tahun baru sering kali Itaewon menjadi destinasi pilihan pengunjung, baik masyarakat lokal maupun internasional. Namun untuk kali ini pasca covid-19, akhirnya pengunjung semakin membludak.

Hingga Senin (31/10/22) pukul 13:46, Yonhapnews menginformasikan terdapat 154 korban tewas termasuk 26 di antaranya adalah warga negara asing. “The 26 foreign victims include five from Iran, four each from China and Russia, two from the United States, two from Japan, and one each from France, Australia, Norway, Austria, Vietnam, Thailand, Kazakhstan, Uzbekistan, and Sri Lanka,” rincinya.

Bahkan dalam akun youtube Bung Korea yang diunggah pada 31 Oktober 2022, menjelaskan dominan korban jiwa adalah orang yang berusia 20-an tahun. Dengan rincian korban yang berusia di bawah 20 terdapat 4 orang, berusia 20-an sebanyak 95 orang, berusia 30-an 32 orang, dan yang berusia 40-an sebanyak 9 orang. Adapun total korban termasuk yang terluka, dia menjelaskan terdapat 286 orang.

Sebenarnya tragedi Kanjuruhan Indonesia dan Itaewon Korea Selatan merupaka salah dua dari berbagai jejak duka Oktober. Masih ada penembakan massal di penitipan anak Thailand, dan jembatan roboh di India.

Dari ragam tragedi di bulan Oktober, mengingatkan bahwa penduduk dunia semakin besar dan tak ingin kalah. Mereka ingin menjadi bagian dari event dan perayaan besar negara dan dunia. Tanpa mereka ketahui bahwa di waktu kedepan, nyawa mereka sebagai taruhannya. Niat hati ingin bersuka cita, malah berakhir berduka cita. Lalu apa yang dapat dibanggakan dari kenangan yang menyesakkan? Hanya pelajaran berhargalah yang dapat dimuat sebagai sejarah kelam.

Pembelajaran untuk semua masyarakat lokal maupun dunia. Bahwa dahulukan keamanan sebelum kesenangan yang bersifat sementara. Jika telah terlihat kondisi dan situasi mulai tidak nyaman untuk dilanjutkan perjalanan, carilah kesenangan sementara itu di tempat lain atau tundalah kesenangan itu untuk keberlangsungan hidup yang lebih lama dan berharap bisa bermanfaat kedepannya.

Karena hanya kitalah yang dapat mengukur tenaga dan kemampuan kita untuk menghadapi dunia. Hanya diri kitalah yang bisa menentukan kemana langkah yang lebih layak untuk mendapatkan kemanan dan kesenangan secara bersamaan.

So, be careful, be happy and be healthy guys.