Dosen Fikes Unsulbar Soroti Tingginya Kasus Percobaan Bunuh Diri di Sulbar

Irfan S Kep Ns M Kep saat bawakan materi dalam wokshop pencegahan bunuh diri di aula Dinkes Majene, Kamis (23/6/2023).Foto: Unsulbarnews/Masdin.

Jurnalis: Masdin

Unsulbar News, Majene — Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) hadirkan workshop bertajuk Pencegahan Bunuh Diri, Kamis (23/6/2023) siang.

Berlangsung di aula Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majene, dua dosen Fikes Unsulbar yakni Irfan S Kep Ns M Kep dan Boby Nurmagandi Ns M Kep Sp Kep J sebagai narasumber. Adapun moderator adalah Kurnia Harli BSN MSN.

Dalam kesempatannya, Irfan sebagai pemateri pertama menyoroti tingginya kasus percobaan bunuh diri di Sulawesi Barat (Sulbar) secara nasional.

“Sulbar jadi salah satu provinsi dimana 81 persen percobaan bunuh diri. Sedangkat tingkat bunuh diri tertinggi adalah Jawa Tengah,” ujarnya kepada peserta workshop, pemegang program kesehatan jiwa Puskesmas se Kabupaten Majene.

Kata Irfan, data yang dipaparkan tersebut bisa saja lebih besar dari pada yang terjadi di lapangan.

“Tidak menutup kemungkinan ada kasus percobaan yang tidak terdeteksi,” bebernya.

Menarik permasalahan bunuh diri, Irfan menerangkan bahwa ada keterkaitan antara kesehatan jiwa yang dimilik seseorang. Sehingga perlu adanya langkah penguatkan dari personalnya terkait dengan kesehatan jiwa.

Pemateri kedua, Boby Nurmagandi lebih menyoroti perihal faktor atau hal yang mempengaruhi kemudian seseoran itu melakukan bunuh diri.

“Faktor ekonomi jadi salah satu,” ujarnya.

Hal lain yang turut mempengaruhi adalah kehilangan dukungn sosial, kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau perceraian, hingga korban kekerasan.

Diwawancara secara khusus, Irfan menambahkan bahwa kejadian bunuh diri itu tidak ada yang tiba-tiba, tetapi ada proses tahapannya. Serta faktor kejiwaan seseorang ikut berpengaruh.

“Jika kesehatan jiwa terganggu, misal jika ada masalah atau pemicu maka akan muncul ide bagaimana cara untuk mengakhiri hidup saja, hingga akhirnya melakukan upaya percobaan bunuh diri,” ungkapnya.

Sehingga dalam workshop ini juga, dosen Fikes Unsulbar tersebut sosialisasikan sebuah program penerapan Inovasi Gelis Jiwa, dimana generasi peduli kesehata dalam penanganan kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri, khususnya di Kabupaten Majene.

“Sebagai dosen itu ada tanggung jawab pengabdian kepada masyarakat, dan kebetulan kita lihat trend di masyarakat yaitu bunuh diri. Sehingga Gelis jiwa ini adalah inovsi program yang kami canangkan dan ini sosialisasi awal,” ungkapnya.

Lewat program Gelis Jiwa ini, dosen Unsulbar sebagai akademisi perlu membangung kolaborasi dan sinergitas lintas sektor dan program.

“Memang tidak mudah (menangani kasus bunuh diri), makanya disebut lintas sektor dan program. Makanya kami harap support berbagai pihak termasuk dari pemerintah daerah,” tambahnya.

Sebelumnya, workshop ini dihadiri dan dibuka langsung Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Majene, Alimuddin SKM.

Dalam kesempatannya, Alimuddin mewakili Kepala Dinkes Majene mengucapkan terima atas digelarnya workshop tersebut.

“Terima kasih kepada Fikes Unsulbar karena mengadakan acara ini, saya ucapkan banyak terima kasih atas kerja samanya,” ujarnya saat sambutan.

Sekilas, Kabid P2P Dinkes Majene tersebut menjabarkan bahwa kasus bunuh diri di Kabupaten Majene kembali terjadi baru-baru ini.

“Ada peningkatan dari tahun kemarin, tahun ini ada tiga (kasus),” ujarnya.

Atas dasar itulah, mewakili Dinkes Majene ia menghimbau kepada peserta untuk mengikuti dan menyimak materi yang diberikan. Serta bisa menjadi langkah awal terjalinnya kolaborasi.

“Saya harapkan dari acara ini kita bisa apliksikan di tempat tugas masing-masing,” pungkasnya.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok