Laporan Redaksi: Shelynda Trifebriani Nursalam
Unsulbar News, Majene — Siapa yang tidak mengenal jejaring sosial online atau biasa lebih dikenal dengan sebutan media sosial (medsos). Kehadira berbagai macam aplikasi sangat berperan besar dalam kemajuan komunikasi berbasis online ini.
Dilansir dari Databoks, medsos yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah WhatsApp. Hal ini tercatat dalam laporan Status Literasi Digital Indonesia pada tahun 2021 yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC). Dipaparkan bahwa dari 10 ribu responden, survei menyatakan sebanyak 72,5% responden menggunakan WhatsApp lebih dari 2 jam/hari. Adapun rinciannya, 15,9% menggunakan WhatsApp lebih dari 8 jam/hari, 16,3% selama 5-8 jam/hari, dan 40,3% selama 2-5 jam/hari.
Masih dalam informasi dari laman web Databoks yang disurvei terakhir pada Januari 2022, berdasarkan jumlah pengguna aktif dalam medsos, aplikasi terpopuler masih dipegang oleh Facebook. Adapun Youtube di posisi kedua dan WhatsApp di posisi ketiga.
Dari data-data ini, dapat dilihat bahwa Facebook masih saja eksis dengan 2,9 miliar pengguna aktif di tahun 2022. Walau kedudukannya sebagai aplikasi terlama dibandingkan Youtube, Twitter, dan medsos lainnya yang terkenal saat ini.
Facebook sendiri aplikasi diciptakan pada tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dengan teman sekamarnya yang berstatus sebagai siswa di Harvard College. Diantaranya ada Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Aplikasi yang diciptakan untuk mempermudah komunikasi antar mahasiswa di kampus, secara bertahap berkembang. Hingga akhirnya aplikasi ini dapat digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Facebook memiliki tujuan untuk menghubungkan orang-orang di kehidupan. Namun semakin berjalannya waktu, Facebook beralihfungsi bukan hanya sekedar perantara temu kangen dengan seseorang. Melainkan sebagai marketplace yang sering dikunjungi oleh pengguna.
Jika dahulu awal pembuatan akun Facebook yang ditemukan adalah tulisan alay dari seorang ABG (Anak Baru Gede), sekarang sudah sangat jarang bahkan punah tulisan-tulisan yang mengabarkan keadaan mereka pada setiap menitnya. Saat ini jika niat membuka beranda facebook untuk mengetahui kabar dari teman, akan tergantikan dengan postingan yang seakan meronta-ronta untuk segera dimiliki oleh siapa saja yang melihatnya.
Postingan yang paling sering ditemui adalah postingan dari penjual makanan. Sehingga jika membuka Facebook tidak ada niat untuk membeli makanan atau apapun itu, ketika melihat postingan tersebut tidak sedikit yang akhirnya tergiur dan membelinya.
Fenomena ini sudah tidak jarang ditemukan di dunia maya ini. Bahkan di grup-grup resmi yang seharusnya sebagai penyebar informasi, informasi penting tertimbun dengan postingan jualan dari beberapa anggota grup tersebut. Salah satunya adalah Grup Facebook Unsulbar Info.
Seperti namanya, grup ini diperuntukan untuk berbagi informasi seputar perkuliahan dan kejadian di kampus. Anggotanya dari kalangan mahasiswa, dosen, alumni, hingga masyarakat lain sekitaran Unsulbar. Tidak jarang ada dari mereka mengambil kesempatan dengan memposting kost maupun BTN kosong, peralatan kos, outfit kampus, bahkan makanan dan cemilan pendukung mood mahasiswa.
Apakah hal ini salah? melanggar aturan yang berlaku dalam Facebook? Tentu tidak. Karena ini adalah bentuk kekreatifan masyarakat. Bentuk bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan media yang ada untuk mendapatkan penghasilan di era sulit untuk mendapatkan cuan.
Bahkan Facebook sendiri telah menyediakan fitur marketplace didalamnya. Hal ini selain menguntungkan bagi masyarakat, menguntungkan pula bagi pemiliknya. Karena pengguna aktif akan lebih banyak dengan kehadiran pedagang dan pembeli online di dunia maya ini.
Mengapa banyak pedagang online memilih Facebook sebagai media dagang mereka? Karena fitur-fitur yang simple dan mudah dipahami oleh siapa saja, sehingga memudahkan untuk menjual, memesan, hingga membeli barang. Walau jika dibandigkan dengan e-commerce lainnya, keamanan Facebook masih jauh berbeda. Bahkan masih sering dijumpai akun yang ter-hack bahkan hilang begitu saja hingga memposting hal-hal yang tidak senonoh. Olehnya itu, terkadang pedagang online di Facebook ini adalah pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan orang yang benar-benar dipercaya.
Dalam Facebook pula berbeda dengan marketplace yang disediakan fitur penilaian. Sehingga pembeli bisa melihat dahulu ulasan dari pembeli lain untuk meyakinkan diri mereka dengan barang yang akan mereka beli.
Namun kembali lagi, karena sejatinya Facebook bukanlah aplikasi yang diciptakan khusus sebagai layanan e-commerce. Melainkan media sosial yang memiliki fungsi ganda sebagai media dagang.