Berbasis Budidaya dan Kerajinan, Tim Dosen Unsulbar Bakal Launching Hutan Bambu Alu Sebagai Sentra Ekowisata

Gambar: suasana pegambilan bahan baku utama dan pengerjaan kerajinan bambu.

Jurnalis: Masdin

Unsulbar News, Majene. Saat ini dosen dituntut bukan hanya memberikan mata kuliah pada mahasiswa namun juga harus melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sesuai dengan Tridarma perguruan tinggi.

Hal itu pula yang ingin diwujudkan oleh tim dosen Universitas Sulawesi barat (Unsulbar) berikut. Terdiri dari Ketua tim, Sitti Hadijah, S Pd, M Ak (Akuntansi) dan beranggotakan Asma Amin S IP, M A (Hubungan Internasional), Rafiqa (bahasa Inggris) serta M Rizky Prawira S IP, M Sc (Hubungan Internasional).

Mereka melakukan pengabdian kepada masyarakat dan merupakan Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Ristekdikti tahun 2019 dengan judul “Kampung Bambu Alu: Sentra Ekowisata Berbasis Budidaya dan Kerajinan Bambu”.

Program tersebut dilaksanakan di Desa Alu, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).

Kepada Unsulbar News, Sitti Hadijah menjelaskan alasan memilih hutan bambu Alu karena memiliki potensi yang besar namun belum dieksplor lebih jauh.

“Potensi bambu di Alu bisa dikategorikan terbesar di Sulbar yang selama ini belum di eksplor sehingga keberadaannya belum berdampak pada masyarakat setempat, baik secara wisata maupun ekonomi,” ujarnya.

Kegiatan penunjang telah dilakukan, mulai dari sosialisasi tentang desa ekowisata, pembagian kuisioner, workshop dan pelatihan pembuatan produk kerajinan bambu di SDN 034 Alu. Ia juga menjelaskan bahwa berbagai bangunan fisik akan dibagun dengan bahan dasar bambu.

“Di dalamnya akan terdapat Musholla, ruang pertemuan, Laboratorium, Gasebo, spot photo yang semuanya berbahan bambu dan sejak awal Juni difokuskan pengadaan bahan baku dan pembuatan bangunan fisik tersebut,” jelasnya.

Ketua tim, Sitti Hadijah saat berkunjung memantau pembangunan di Hutan Bambu, Alu

Mengingat proses pengerjaan yang membutuhkan waktu, launching sendiri dijadwalkan akhir September atau awal Oktober 2019 nanti mengingat persiapan baru mencapai 70 %.

“Lama, karena kita melakukan pembangunan fisik, belum lagi bahan bakunya (bambu) harus diawetkan secara alami, jadi membutuhkan waktu yang agak lama serta kemampuan dari para pengrajin untuk mengerjakannya,”.

Mewakiki tim, ia berharap luaran dari program ini dapat meningkatkan pariwisata Polman, meningkatkan ekonomi masyarakat setempat serta inovatif dan kreativitas pengrajin bambu dan anak muda semakin baik.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok